Epel – epelan.
Sekitar 9-10th silam, kalimat
tersebut masih begitu sering terdengar. Ya, meskipun tidak semua
khalayak tahu apa kalimat tersebut.
Epel-epelan atau dalam bahasa
Nasionalnya terkenal dengan sebutan Petak Umpet merupakan sebuah
permainan tradisional anak-anak di desa Mejagong, Kec. Randudongkal,
Kab. Pemalang, Berprovinsi Jawa Tengah yang sering dimainkan pada
tahun 2000 silam.
Metode permaianan sederhana, sama
seperti pada umumnya. Permainan ini bisa dimainkan siang, sore, dan
malam untuk anak-anak Dewasa. Pertama diawali dengan mencari satu
anak untuk memejamkan matanya dalam posisi berdiri berhadapan dengan
sebuah tembok, tiang pemancar televisi dll, yang kemudian menghitung
angka berkisar 1-10 untuk menunggu anak-anak yang lainnya bersembunyi
di suatu tempat dengan radius tidak sampai 1km. Setelah hitungan
selesai dan anak-anak yang lain sudah bersembunyi disebuah tempat,
giliran anak yang memejamkan matanya ditembok atau yang jadi
penjaganya mencari semua anak satu persatu. Setelah menemukan anak
yang bersembunyi, si penjaga tersebut harus segera lari ketempat
semula sambil meneriakkan nama anak yang bersembunyi, dibarengi
meneriakkan kata ‘epel!!!’ dan menepuk tembok di tempatnya
memejamkan mata. Dan jangan sampai didahului oleh anak yang
bersembunyi lainnya.
Dalam permainan ini si penjaga
tidak selalu beruntung menemukan semua anak yang bersembunyi kadang
ia lalai dan didahului oleh anak yang bersembunyi lainnya.
Setelah ditemukan semua anak yang
bersembunyi tinggal langkah berikutnya, si penjaga kembali memejamkan
matanya seperti awal namun anak-anak yang lain tidak bersembunyi
melainkan berbaris dibelakang penjaga tersebut.
Setelah semuanya baris, si penjaga
menyebutkan angka yang dikehendaki untuk menjadikannya sebagai
penjaga.
Dalam langkah ini si penjaga akan
tergantikan jika angka yang disebutkan ditempati oleh anak yang
berhasil ditemukannya. Namun tidak semua angka aman bagi penjaga
tersebut, kalau angka yang disebutkannya ditempati oleh anak yang
berhasil menepuk tembok dan berkata ‘epel!!!’ maka si penjaga
kembali menjadi penjaga.
Dan seterusnya sampai beberapa
anak menyepakati untuk berhenti bermain.
Dalam beberapa pengamatan untuk
lingkungan desa Mejagong permainan ini mungkin terakhir dimainkan
oleh anak-anak yang rata-rata lahir berkisar tahun 1980-1997, untuk
generasi anak tahun 2000an mungkin jarang yang mengenal bahkan tidak
mengetahui sama sekali permainan tradisional seperti ‘Epel-epelan’
tersebut.
Di era moderen ini perminan
tradisional mulai menghilang, sebagian besar anak di era sekarang
lebih enggan untuk bersentuhan dengan tradisi, karena
ketidaktahuannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TINGGALKAN KRITIK DAN SARAN ANDA