Selasa, 03 September 2013

"Dolanan Kuna"

Epel – epelan.

 

Sekitar 9-10th silam, kalimat tersebut masih begitu sering terdengar. Ya, meskipun tidak semua khalayak tahu apa kalimat tersebut.
Epel-epelan atau dalam bahasa Nasionalnya terkenal dengan sebutan Petak Umpet merupakan sebuah permainan tradisional anak-anak di desa Mejagong, Kec. Randudongkal, Kab. Pemalang, Berprovinsi Jawa Tengah yang sering dimainkan pada tahun 2000 silam.
Metode permaianan sederhana, sama seperti pada umumnya. Permainan ini bisa dimainkan siang, sore, dan malam untuk anak-anak Dewasa. Pertama diawali dengan mencari satu anak untuk memejamkan matanya dalam posisi berdiri berhadapan dengan sebuah tembok, tiang pemancar televisi dll, yang kemudian menghitung angka berkisar 1-10 untuk menunggu anak-anak yang lainnya bersembunyi di suatu tempat dengan radius tidak sampai 1km. Setelah hitungan selesai dan anak-anak yang lain sudah bersembunyi disebuah tempat, giliran anak yang memejamkan matanya ditembok atau yang jadi penjaganya mencari semua anak satu persatu. Setelah menemukan anak yang bersembunyi, si penjaga tersebut harus segera lari ketempat semula sambil meneriakkan nama anak yang bersembunyi, dibarengi meneriakkan kata ‘epel!!!’ dan menepuk tembok di tempatnya memejamkan mata. Dan jangan sampai didahului oleh anak yang bersembunyi lainnya.
Dalam permainan ini si penjaga tidak selalu beruntung menemukan semua anak yang bersembunyi kadang ia lalai dan didahului oleh anak yang bersembunyi lainnya.
Setelah ditemukan semua anak yang bersembunyi tinggal langkah berikutnya, si penjaga kembali memejamkan matanya seperti awal namun anak-anak yang lain tidak bersembunyi melainkan berbaris dibelakang penjaga tersebut.
Setelah semuanya baris, si penjaga menyebutkan angka yang dikehendaki untuk menjadikannya sebagai penjaga.
Dalam langkah ini si penjaga akan tergantikan jika angka yang disebutkan ditempati oleh anak yang berhasil ditemukannya. Namun tidak semua angka aman bagi penjaga tersebut, kalau angka yang disebutkannya ditempati oleh anak yang berhasil menepuk tembok dan berkata ‘epel!!!’ maka si penjaga kembali menjadi penjaga.
Dan seterusnya sampai beberapa anak menyepakati untuk berhenti bermain.
Dalam beberapa pengamatan untuk lingkungan desa Mejagong permainan ini mungkin terakhir dimainkan oleh anak-anak yang rata-rata lahir berkisar tahun 1980-1997, untuk generasi anak tahun 2000an mungkin jarang yang mengenal bahkan tidak mengetahui sama sekali permainan tradisional seperti ‘Epel-epelan’ tersebut.
Di era moderen ini perminan tradisional mulai menghilang, sebagian besar anak di era sekarang lebih enggan untuk bersentuhan dengan tradisi, karena ketidaktahuannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TINGGALKAN KRITIK DAN SARAN ANDA